Besok paginya, berita ka
Audrey mencium Vicha beredar di penjuru sekolah. Semua
orang masih ga percaya tapi emang itu yang terjadi. Banyak cewek di sekolah
terutama, dengan garis bawah fans ka Audrey menatap tajam ke arah Vicha
bahkan mencemooh di belakangnya bikin
Vicha makin kesal.
Gue jadi ingat kemaren gue
dan Tom memohon minta maaf ama Vicha untungnya Vicha ga marah ke kami tapi aura
marahnya keluar saat ia menyebut kalo ka Audrey yang salah.
Gue juga ingat sehabis
pulang sekolah gue memarahin ka Audrey dan memintanya, hmm.. sebenernya nyuruh
minta maaf ke Vicha. Tapi yang ada malah gue di marahin terus dihukum karena
dia tau kalo gue yang ngelempar tuh botol ke kepalanya. Damn! Situasinya jadi
makin sulit.
“Vicha!” Bu Melly, guru paling seksi di sekolah ini. Gue bener-bener ga suka sama dia. Masa pake dandanan seksi ngajar di
sekolah belum lagi dia naksir berat ama ka Audrey. Meski ada beredar kalo bu
Melly pernah berkencan ama ka Audrey di ruang OSIS. Ck! Mengingat betapa
brengseknya kakak gue, bikin gue jadi malu!.
Bu Melly menatap Vicha dari
atas sampai bawah dengan pandangan menilai lalu mendengus. ”Kamu diminta
menghadap kepala sekolah sekarang” ada nada tajam disetiap kata-kata yang
keluar dari Bu Melly.
Vicha membalas tatapan bu
Melly dari atas sampai bawah dengan pandangan merendahkan. Lalu melewatinya
seakan-akan bu Melly tak ada di hadapannya. ”Yo, gue ke ruang kepala sekolah ya.
Titip tas gue ya”
”Ok, Vic” Gue mengambil tas
Vicha dan kaget mendengar hentakan kaki bu Melly di belakang kami.
”Berani sekali kamu sama
saya!” Gue dan Vicha menoleh menghadap bu Melly yang melipatkan tangannya di
dada. ”saya menjamin kamu akan di hukum seberat-beratnya!” ancam bu Melly
sambil menunjung ke arah Vicha yang di balas dengusan Vicha dan memegang tangan
gue menjauh dari bu Melly yang teriak marah.
”Gila tuh guru!” kesal Vicha
”semua ini gara-gara si brengsek mesum itu!”
Duh, gue jadi ga enak. Kan,
ini semua gara-gara gue juga yang ngelempar botol kena ka Audrey. ”Vic, gue..”
“udahlah Yo. Lo ga usah
merasa bersalah. Emang kakak lo aja yang mesum” geram Vicha tanpa sadar kami
sudah di depan ruangan kepala sekolah dan ketemu ka Audrey yang juga menuju
kemari. Damn!
Vicha menatap tajam ka Audrey yang dibalas ka Audrey senyuman
mengejek. “mimpi indah, Vic?” Bagus! Ni anak malah mancing masalah.
“ya” jawab Vicha tersenyum bikin gue kaget. Gue menatap ka
Audrey yang juga terdiam lalu mengangkat alisnya. ”Gue puas ngehajar lo!”
Ka Audrey tertawa seakan-akan Vicha membuat lelucon. ”terus aja
bermimpi kayak gitu karna di dunia nyata lo ga pernah bisa menang ngelawan gue”
’Lo...” Vicha melangkah maju ke arah ka Audrey melayangkan tangan
kanannya ke arah ka Audrey yang langsung sigap menangkap tangannya.
”Ka! Lepasin Vicha!”
“ehm!” suara deheman
mengagetkan kami. ”ngapain kalian berdua? Kalo mau pacaran jangan di depan
ruangan saya” pak Andreas, sang kepala sekolah menatap datar ke arah kami. ”Audrey, Vicha masuk ke ruangan
saya” meski dengan tenang tapi ada nada
tajam di suara pak Andreas. ”Kamu, Vio kembali ke kelas. ” Gue langsung gugup.
”I, iya pak” Duh, kenapa jadi
takut gini. Gue manatap pak Andreas yang terlihat tenang, berwibawa tapi
mematikan. Seisi sekolah menyebutnya pembunuh berdarah dingin. Julukan itu
bukan tanpa alasan tapi sudah banyak korban, emm.. maksud gue murid-murid yang
bermasalah kena hukumannya sampe ga mau di hukum untuk kedua kali. Tentu aja
setiap hukuman berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebencian apapun yang di
benci mereka.
Gue ngelirik Vicha yang
terlihat pasrah dan ka Audrey yang tenang seakan-akan ga kena hukuman.
”kalian berdua mau sampai
kapan pegangan tangan?” kontan ka Audrey melepas tangan vicha yang dibalas
Vicha dengan marah. Dan kamu, Vio. Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?”
” I, iya pak. Permisi” gue
buru-buru kabur meninggalkan Vicha dan ka Audrey yang masuk ke dalam ruang
kepala sekolah. Moga aja hukumannya ga berat.
***
”Kamu ga boleh pergi ke
pesta!” Tessa mendorong gue sampe terjatuh ke lantai.
” Nih! Cuci baju aja!” Merry
ngelempar baju ke muka gue. Damn! Sakit tau! Pengen banget gue mengumpat.
”Anak-anak cukup” Laura berjalan mendekati gue dengan tangan
dilipat ke dada. ”kamu akan pergi ke pesta jika semua perkerjaan kamu selesai!”
Ia mengangkat dagu gue dengan jarinya lalu natap gue tajam. Degh! Rasanya gue
ga bisa bergerak. ”Ingat, jangan harap kamu bisa pergi jika pekerjaan kamu
belum selesai”
Gue otomatis mengangguk. ”Ba,
baik” gue menatap Laura yang membalas gue dengan tatapan tajam, Baru kali ini
gue liat ekspresi Laura yang seperti itu. Rasanya menakutkan.
”Cut!!!” teriak Andi yang
mengembalikan alam sadar gue. ”Perfect!” tepuk tangan membahana di ruang kelas.
”sumpah, akting kalian bagus banget terutama lo, Laura. Bener-bener bagus
banget” puji Andi yang dibalas dengan senyuman manis Laura.
”Makasih” Laura merona malu
bikin gue lupa ama aktingnya tadi. Gosh.. gue bener-bener jatuh cinta ama pipinya yang
merona, imut banget.
”Vio!” suara Andi mengagetkan gue.
”cuman lo aja yang kurang maksimal. Akting lo bener-bener payah”
”Gue udah maksimal, An” masa
akting gue yang bagus gitu di bilang payah!
”itu yang lo maksimal?! Anak
tk aja lebih bagus dari akting lo!” mulai deh aksi otoriter Andi bikin gue
kesel. ”kita ulang lagi adegan tadi. Dan lo, Yo keluarin seluruh kemampuan lo,
ngerti?” gue cuman mengangguk dengan ogah-ogahan bersiap buat adegan gue di
siksa, lagi.
” Ok sebelum kita mulai, buat
lo, yo bayangin lo di siksa ama ka Audrey. Lo di marahin di suruh- suruh kaya
pembokat. Ingat yo, saat lo di larang pergi keluar ama kakak lo” terapi dari
Andi bikin gue jadi ngebayangin di depan gue ada ka Audrey dan ka Clarissa.
Gue ingat saat gue menderita cuman
di rumah sendirian di suruh beres-beres rumah ga boleh keluar bahkan ke pesta
ulang tahun teman aja dilarang. “Nyonya,
apakah saya boleh ikut ke pesta di istana?” gue memasang wajah memelas gue yang
biasa gue gunain ke ka Audrey.
Tessa mendorong gue. “”Kamu
ga boleh pergi ke pesta!”
” Nih! Cuci baju aja!” Merry
ngelempar baju ke muka gue. Gue memasang wajah sendu gue bener-bener kaya di
sinetron anak tiri yang di jahatin. Mata
gue berkaca-kaca. Sampai akahirnya adegan gue di siksa selesai tepuk tangan
kali ini bener-bener keras dari teman-teman yang menonton.
’Bravo.. bravo...” Andi sampe
menitikkan air mata. ”akting kalian bener-bener keren. Gue jamin siapapun yang
menonton akan campur aduk antara sedih dan marah” Andi tersenyum bangga bikin
gue seneng. Ternyata di siksa ama ka Audrey sama ka Clarissa ada untungnya. Tapi,
tunggu bentar! Kok Andi tau sih gue jadi kaya pembokat di rumah? Gue menatap Andi yang
balik membalas gue dengan senyuman bikin gue merinding.
***
Komentar
Posting Komentar