14 Tahun Kemudian
Tepat ulang tahun gue yang ke 29 tahun, gue mengundang sahabat gue di restauran milik Mikha, teman SMA gue. Memesan private room supaya kami bisa mengobrol lebih leluasa.
"Selamat ulang tahun, Vio," Vicha memberikan kado ke gue. "Selamat sebentar lagi kalian jadi papa mama." Lanjut Vicha yang tersenyum lebar.
Selain gue bahagia karena hari ini ulang tahun, gue juga bahagia di usia gue yang menginjak 29 tahun gue akan menjadi seorang ayah. Setelah 2 tahun menikah, gue dan Kelly akan punya anggota baru yang sangat kami nanti. Gue ga sabar 3 bulan lagi akan bertemu dengan malaikat kecil kami.
"Makasih, Vic." Balas gue dan Kelly lalu meminta Vicha duduk.
"Maaf, gue telat." Ucapnya lagi setelah duduk.
"Ga apa-apa. Semua juga baru datang." Gue mengerti dengan pekerjaan Vicha yang sekarang menjadi Jaksa.
"Maaf, Audrey ga bisa hadir karena ia sibuk kerja."
"Ga apa-apa. Ka Audrey sudah kasih tau gue." Ka Audrey dan Ka Clarissa sekarang lagi sibuk mengurus perusahaan bokap di luar kota. Hanya gue yang ga terjun ke dunia bisnis ikut mereka. gue lebih memilih menjadi seorang dosen.
"Vic, nanti aku minta saran kamu, ya" Ucap Kelly yang duduk di sebelah Vicha.
"Tentu aja. Lo bisa tanya apapun ke gue"
Vicha punya dua anak kembar dari pernikahannya dengan ka Audrey. Sekarang ponakan gue berumur 2 tahun dan sedang aktifnya diasuh oleh orang tua gue. Bukan hanya anak Audrey yang diasuh tetapi juga anak ka Clarissa dan Tom. Bokap nyokap senang mengasuh mereka dan kadang ga mau cucu-cucu mereka pulang ke orang tuanya.
"Lo ga mau minta saran gue juga, Yo?"
"Anak lo kan dekat dengan ka Clarissa. Lagian lo juga ngapain sudah tua masih saingan dengan anak lo buat menarik perhatian ka Clariss?"
"Lo bakal ngerti kalau sudah punya anak. Istri lo ga akan mikirin lo tapi fokus semuanya ke anak"
Ga. Gue ga akan mengerti dan ga mau mengerti. Lagian gue suka anak-anak.
"Gimana kasus yang rame lo tanganin?" Tanya gue pada Vicha.
Kasus penculikan yang mengerikan. Pelakunya menculik salah orang anak paling berkuasa dan membunuh kawannya yang ingin membebaskan anak itu. Beruntung pelakunya sudah tertangkap dan diadili.
"Mereka dihukum mati. Makanya gue datang terlambat hari ini habis dari pengadilan."
"Tolong hidupkan Tvnya" Pinta Tom pada salah satu pelayan yang ada di dalam ruangan.
"Baik, Pak" Pelayan itu menghidupkan TV yang ada di ruangan. Tepat saat berita mengenai kasus yang ditangani Vicha tayang di layar. Kami menonton sambil makan.
Tayangan berubah ke wawancara Laura. Gue baru sadar ternyata channel yang gue kira menayangkan program berita ternyata berita gosip. Hampir aja mau minta pelayan mengganti kalau ga mendengar pertanyaan pada Laura.
"Apa titik balik kehidupan Laura?" Tanya wartawan itu yang menarik perhatian kami.
"Titik balik hidup aku saat aku SMA," Jawab Laura sambil tersenyum. "Aku dulu banyak melakukan kesalahan. Sangat fatal yang akibatnya tidak hanya ke aku tapi ke keluarga aku juga."
"Kejadian apa kalau boleh tahu?"
"Aku tidak bisa bilang. Yang pasti dulu aku jahat banget ke orang yang baik banget sama aku karena aku iri sama dia."
"Jadi, gosip yang beredar kalau Laura pernah mencelakakan teman satu sekolah itu benar?"
"Itu benar. Tapi kalau gosip aku bully orang atau rebut pacar orang lain, itu tidak benar"
"Apa yang ingin Laura sampaikan ke dia?"
"Kalau kamu menonton ini, aku minta maaf buat kesalahan yang aku lakukan ke kamu. Aku juga minta maaf kke kalian sampai bikin kalian celaka. Aku juga minta maaf karena aku baru berani ungkapkan ini setelah belasan tahun." Ucap Laura menghadap ke kamera. Lalu menoleh ke wartawan yang mewawancaranya. "
Yang pasti kalau aku bertemu langsung dengan mereka, aku akan langsung minta maaf sama mereka. Aku ingin berdamai dengan masa lalu aku supaya aku bisa menjadi orang yang lebih baik dari aku yang dulu."
"Berarti sampai sekarang belum pernah bertemu dengan mereka?"
"Belum. Selama ini aku belum pernah balik ke kota dulu tinggal karena aku tidak punya kesempatan untuk ke sana."
"Apa Laura tidak takut pengakuan barusan bisa buat fans Laura marah pada Laura?"
"Tidak. Aku dulu memang jahat dan aku tidak bisa menghapus masa lalu yang sudah aku buat. Aku hanya bisa memperbaiki sifat aku menjadi orang yang lebih baik dan lebih baik lagi."
"Lo percaya yang dia bilang?" Tanya Tom ke gue setelah mendengar pernyataan Laura. Kami melanjutkan makan malam kami.
"Entahlah. Gue juga ga tau."
Laura sekarang menjadi aktris terkenal setelah ia lulus SMA. Terutama setelah bokap membuat perusahaan keluarganya yang hampir diambang bangkrut. Memberi pelajaran pada keluarganya yang pernah menekan bokap dengan kekuasaan mereka. Akibatnya Laura memutuskan untuk bekerja di dunia hiburan untuk membantu ekonomi keluarganya dan ga melanjutkan ke perguruan tinggi.
Setelah nama Laura melejit dengan aktingnya yang mendapatkan penghargaan di luar negeri, perusahaan keluarganya kembali naik tetapi ga sebesar dan berkuasa seperti dulu.
"Gue dengar lo investasi film baru Andi?" Tanya Tom pada Tory yang dari tadi cuma diam sendirian.
Dalam waktu 15 tahun, Tory belum punya pasangan yang tetap. Ia sangat suka bergonta ganti pacar. Dan gue yakin ia baru putus dengan pacarnya yang seorang model karena ia datang ga membawa pacarnya seperti biasa kalau datang ke acara apapun.
"Ya, Laura salah satu pemainnya" Jawab Tory bikin kami kaget. "Tenang dulu" Tahan Tory yang melihat kami menatapnya tajam.
"Bukan Cuma gue investor di film itu. Ada investor lain yang pengen Laura jadi salah satu pemainnya. Andi dan screenwriter juga setuju kalau Laura pantas dengan peran itu. Gue kalah suara"
Gue ga nyangka Andi setuju kalau Laura main di film yang disutradarainya.
"Kenapa kamu ga batalin invest filmnya?" Tanya Vicha yang mewakili kami.
"Plotnya bagus. Dipastikan akan banyak yang nonton. Gue ga bisa menyia-nyiakan kesempatan itu."
"Tory benar," Kelly mendukung Tory karena Kelly juga seorang pengusaha. "Ga perlu mencampur adukan urusan pribadi dengan bisnis. Lagipula ia kan jadi investor bukan setiap hari bertemu dengan Laura."
"Makasih sepupu gue yang ngerti'in gue banget." Tory memberi senyuman maut yang pastiefeknya mental pada Kelly.
"Selamat ulang tahun, Vio" Mikha datang dengan pelayan yang membawa kue dengan lilin angka. Meletakannya di hadapan gue.
Semua berdiri menyanyikan selamat ulang tahun ke gue. sebelum tiup lilin, gue berdoa semoga Kelly dan anak kami sehat, selamat sampai anak kami lahir di dunia. Gue berharap menjadi suami sekaligus ayah yang terbaik bagi mereka.
Saat ingin memotong kue, Mikha dan Vicha melarang gue.
"Ada kejutan untuk kalian berdua." Ucap Tom yang bikin gue penasaran. "Karena Vicha dan Clarissa sibuk jadi gue, Tory dan Mikha siapin ini buat kalian."
"Siapin apa?"
"Kalian berdua tarik hiasan Happy Birthdaynya." Mikha menujuk hiasan di atas kue.
Apa ini duit kayak yang gue liat di sosmed? Mereka menghitung mundur. Gue dan Kelly menarik hiasan yang terlihat label warna pink yang sangat panjang dengan tulisan 'It's a girl'
"It's a girl?" Tanya gue ke Kelly lalu ke arah mereka semua. "Maksudnya.."
"Anak kita nanti cewek?" Kelly tersenyum senang. Gue langsung mencium Kelly dan perutnya yang mulai besar.
"Anak gue cewek!" perasaan bahagia bikin gue sampai menangis terharu. "Gue senang banget. Makasih sayang." Gue kembali mencium Kelly. "Makasih juga buat kalian semua yang udah siapin kejutan ini buat kita. Ini hadiah yang terbaik yang gue dapat hari ini."
"Sama-sama, Vio" Gue memeluk mereka satu persatu.
Hari ini salah satu hari ga akan pernah gue lupain. Menambah daftar hari-hari membahagiakan yang gue simpan di memori gue. Hari saat gue menerima perasaan Kelly dan memintanya jadi pacar gue. saat gue melamar Kelly hingga kami tunangan. Hari pernikahan gue dan Kelly. Lalui saat Kelly memberitahukan kalau ia hamil. Sekarang tepat di hari ulang tahun, gue juga mendapat kejutan dengan mengetahui jenis kelamin anak gue.
Gue ga peduli jenis kelamin anak gue nantinya. Bagi gue yang terpenting anak gue menjadi cahaya baru yang menerangi hidup gue. Menjadi semangat untuk gue untuk terus bekerja.
Gue berterima kasih dengan kehadiran Kelly di kehidupan gue. Ia buat gue menjadi orang yang lebih dewasa. Saat gue ga tau gue akan jadi apa nantinya. Gue hanya berpikir mungkin gue akan jadi pelayan buat kakak-kakak gue selamanya.
Dengan kehadiran Kelly, gue jadi berani dan memikirkan masa depan gue dengan sungguh-sungguh. Menyadarkan gue dengan apa yang gue suka hingga akhirnya gue memutuskan menjadi seorang dosen. Mengajar dan membagi ilmu ke orang-orang.
Gue berharap agar keluarga kecil kami akan terus saling melengkapi. Gue juga berharap sahabat-sahabat gue terus bahagia bersama keluarga mereka. Juga Tory yang dulu gue benci sekarang jadi sahabat gue. Gue berharap ia bisa menemukan pasangan hidupnya dan bahagia bersamanya.
The End
Komentar
Posting Komentar