Semua orang menatapku dengan perasaan takut, penasaran, dan kagum saat aku berjalan melewati koridor menuju tempat selku berada. Hari ini aku dipindahkan ke penjara kelas satu dimana semua para tahanan didalamnya di kategorikan berbahaya.
"Masuk" perintah sipir setelah kami berhenti di tujuan.
Aku masuk ke dalam dengan seorang gadis muda. Ke sel yang ditempati untuk 4 orang tahanan.
"Apa ini sel
tempat orang terkenal?" candaku saat melihat 2 tahanan yang menatapku
dengan tenang.
"Selamat datang" ucap salah seorang tahanan yang aku tahu jika ia membunuh anak dari keluarga Permana.
Aku meneliti wajahnya yang penuh luka lebam.
"Perkenalkan namaku Mikela" ucap wanita yang terlihat sangat lemah tersenyum ramah padaku.
"Dan ini Giska" lanjut Mikela memperkenalkan Giska yang tersenyum.
Hah! Jika melihat wajahnya orang-orang akan tertipu. Ia terkenal sebagai pembunuh keji dengan memb*kar suami dan selingkuhan suaminya.
Mereka berdua terlihat seperti kelinci yang tidak berbahaya. Siapa yang mengira jika mereka semua pembunuh. Termasuk gadis yang juga ikut satu sel denganku. Ia membunuh tunangan ayahnya.
"Aku.. Lily" suara Lily terdengar kecil.
"Hanya 2 ranjang atas yang kosong. Apa kalian tidak apa-apa?" ucap Mikela memberitahu kami.
Lily menggeleng kepalanya lalu naik ke atas tanpa menoleh ke arah kami. Apa anak itu anti sosial?
"Jadi, bagaimana kamu membunuh Sindy?" tanyaku pada Giska yang gugup tidak berani menatapku.
"A, aku tidak membunuhnya" pertanyaanku membuatnya takut padaku.
"Apa ia psikopat yang hilang ingatan setelah membunuh orang?" tanyaku pada Mikela dengan tatapan mengejek Giska yang berharap dirinya hilang dihadapanku.
"Ia tidak melakukannya. Aku percaya padanya"
"Well, kita lihat saja. Aku benci orang yang membunuh gadis yang tidak bersalah" jelas aku tahu jika aku sengaja satu sel dengan Giska agar aku bisa membunuhnya.
Tapi, itu tergantung. Jika ia memang bersalah, aku tidak segan membunuhnya. Satu nyawa bajingan lenyap dimuka bumi, itu akan lebih baik. Lagipula, apalagi hukuman yang akan ku terima? Lagipula aku juga sudah mendapat hukuman mati.
Tetapi sebaliknya jika ia tidak melakukannya, aku akan membiarkan ia hidup. Alasan ia bisa masuk ke dalam sini bukan urasanku. Selama ia tidak meminta bantuanku, aku akan menutup mata.
Aku membuka kotak barangku dan mengambil amplop coklat berkode 'Nemesis XS01' di dalamnya lalu membawanya ke ranjangku di bagian atas. Membuka amplop yang berisi kertas laporan kasus pembunuhan yang sulit dipecahkan.
Papa tidak berbohong padaku. Ia menemukan cara agar aku tetap hidup meski dijatuhi hukuman mati. Nanti waktunya tiba, aku akan diselamatkan entah bagaimana pun caranya. Yang pasti setelah bebas aku akan mendapat identitas baru dan bergabung dengan badan intelijen.
Bagi mereka psikopat sepertiku bisa melawan psikopat gila yang haus membunuh tanpa alasan. Tentu saja setelah bebas nanti aku akan ketat diawasi. Tapi itu tidak masalah. Selama aku bisa membantu menangkap psikopat yang membunuh tanpa alasan orang-orang yang tidak bersalah terutama anak-anak kecil, aku akan menikmati hidup baruku. Bukan sebagai Tania si pembunuh psikopat. Tetapi Tania sang Nemesis si pemburu Psikopat.
The End
Komentar
Posting Komentar