Langsung ke konten utama

Nemesis - Last Part


"Ayo, aku akan menghilangkan keinginanmu pada jalang itu" aku mematikan rekaman dan menyaksikan wajah orang tua para bajingan yang pucat pasi.

Bahkan Celine dan Vani bergetar ketakutan. Sedangkan Pablo menatapku seakan ingin membunuhku.  Tentu mereka bisa merasakan tatapan jijik yang ditujukan pada mereka. Semua orang baik di dalam ruangan maupun yang menonton jalannya sidang tahu betapa bejat kelakuan mereka. Korban? Huh! Tidak ada seorang pun yang akan menganggap mereka korban sekarang.

"Mereka pantas m*ti!" Teriak Karen yang hadir dalam persidangan. 

"Itu bukan suara Pablo! Ia pasti merekayasanya!" teriak ibu Pablo histeris ditenangkan oleh keluarga Pablo yang ikut hadir di persidangan.

"Kenapa tidak tanyakan pada mereka" tunjuk mama pada Vani dan celine yang terkejut. Mama terlihat sangat geram. Bahkan papa menahan diri untuk tidak meluapkan amarahnya.

Siapapun akan tahu kalau rekaman itu asli melihat reaksi mereka yang tertangkap basah.

"Bilang kalau itu semua rekayasa!" bentak ayah Vani yang duduk di samping ibu Vani tepat dibelakang Vani yang memberi saksi. 

"Itu benar. Semua benar" ucap Celine ketakutan. Aku tidak tahu kenapa Celine bisa selamat setelah aku yakin menenggelamkannya. Atau saat itu ia hanya berpura-pura mati dan aku tidak benar-benar memeriksanya jika ia sudah tidak bernyawa.

"Pengkhianat!" teriak Vani berdiri dari kursinya melewati Pablo yang duduk di tengah. Ia memukul keras pipi Celine.

"Diam!" Pablo yang berada di samping Celine ikut melayangkan pukulan ke Celine hingga Celine terjatuh. seperti melihat hiburan para tikus saling menyerang. 

Celine menangis sambil memegang pipi dan tubuhnya. "Kita memang membunuh mereka! Apa keadaan kita sekarang tidak membuat kalian sadar?!"

"Akan ku bunuh kamu!" teriak Pablo di kursi rodanya. "Lihat saja! Akan ku bunuh si jalang itu!" kali ini amarah Pablo ditujukan kepadaku.

Mama dan papa berteriak memarahi Pablo yang mengatai dan mengancam akan membunuhku. Begitu juga dengan orang tua Celine yang tidak terima anaknya dipukul. Kericuhan kembali terjadi.

"Bilang itu semua tidak benar, Vani" teriak ibu Vani menangis dibelakang Vani sambil menyentuh pundak Vani.

"Kalau benar memang kenapa?! Ya, kami memang pembunuhnya!" teriak Vani menghentikan semua kericuhan. Menjadikannya pusat perhatian.

"Kami hanya ingin bersenang-senang apa tidak boleh?!"

Pengakuan Vani membuat siapa saja yang mendengar terkejut dan marah. Mencabut nyawa orang lain hanya untuk bersenang-senang?!

"Kamu mau tahu bagaimana kami membunuh Kania?" tantang Vani sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Diam Vani!" teriak Pablo berusaha menghentikan Vani.

"Kamu yang diam!"

"Kami menghantam kepalanya di lantai berkali-kali setelah mereka memperkosanya!" lanjut Vani yang membuatku semakin ingin membunuh mereka. seharusnya aku tidak membiarkan mereka hidup!

Mama berlari ke arah para bajingan yang ditahan oleh penjaga. Hakim mengetuk palu dengan nyaring sambil minta semua tenang. Tetapi emosi dan amarah yang memuncak tidak memperdulikan perintah hakim.

Mama yang ditahan berbalik menyerang ibu Pablo sehingga perkelahian tidak dapat dihindarkan. Bahkan para jaksa dan pengacara ikut membantu menenangkan.

Keadaan sekarang berpihak kepadaku. Tanganku Mengambil pulpen dan mic milik pengacaraku yang diletakkan di atas meja. Aku berjalan dengan tenang di tengah kericuhan dan kurangnya penjaga keamanan. Mendekati Vani dan menusuk pulpen di lehernya.

Pablo yang terkejut tidak dapat mengelak menjadi sasaranku selanjutnya dengan melilitkan kabel mic di lehernya. Semua berjalan begitu cepat hingga tidak ada seorangpun yang sempat mencegah tindakanku.

Meski pada akhirnya ada banyak orang menarikku agar melepaskan cekikan pada leher Pablo. Teriakan memekakan telingaku. Kamera menyorot  yang aku lakukan. Aku tetap mencengkram erat kabel yang melingkari leher Pablo di tengah pukulan dan tarikan di tubuhku.

Perasaanku sangat puas mendengar suara Pablo yang kehabisan nafas. Tanganku terus mencengkram kuat kabel hingga Pablo tidak bergerak. Lalu melepaskan kabel dan pasrah saat orang berhasil menarikku.

"Ku bunuh kamu!" teriak ibu Pablo yang memeluk putra yang tidak bernyawa. 

Ayah Pablo menerobos ingin menyakitiku jika tidak ada papa dan pengawal papa menahannya. Perkelahian kembali terjadi. Kali ini papa meluapkan kemarahan yang ia tahan dengan menghajar ayah Pablo. Hakim yang ada di ruang sidang kembali berusaha melerai kericuhan. Para penjaga keamanan tambahan masuk ke dalam untuk membantu meredakan. kamera terus menyorot ke arah kami. 

"Aku mau dia mati!" teriak ibu Vani memeluk putrinya bersimbah darah. berteriak pada suaminya yang berusaha untuk membalasku tetapi ditahan oleh papa tiriku dan para penjaga.

"Apa kalian pikir anak kalian akan hidup setelah perbuatan mereka membunuh banyak orang?" balasku menantang orang tua pembunuh yang ingin menghabisiku. suaraku berhasil menghentikan semua pertikaian di ruang sidang. 

"Walaupun kalian ingin membunuhku tetapi aku sangat puas sudah menghabisi monster pembunuh orang yang tidak bersalah demi kesenangan mereka!"

"Bahkan jika beri hukuman m*ti aku terima, aku tidak menyesal!" aku menatap satu persatu tikus yang m*ti menggenaskan. Lalu ke arah Celine yang meringkuk ketakutan.

Aku tidak takut m*ti sekarang. Aku bisa bertemu dengan Kania dengan tenang setelah membalas semua orang yang menyakiti dan membunuhnya.

Papa menerobos ke depan dan memelukku erat. "Jangan takut. Papa akan mencari cara membebaskanmu" bisik papa di telingaku.

Kata-kata papa menenangkanku. Meski itu hanya untuk menghiburku. Tetapi aku tahu, aku tidak akan menghindari hukuman yang akan aku terima. Aku tahu apa yang akan aku hadapi. Kami hadapi setelah ini. Aku hanya berharap setelah ini papa bisa terus menjalankan hidupnya dan menikah tanpa aku yang biasa menemaninya karena ia tinggal seorang diri. Meminta maaf padanya karena gagal menjadi seorang anak. Tetapi aku tidak akan pernah menyesal menjadi seorang kakak yang membalaskan dendam untuk adiknya.

 

******

Previous        Index        Next

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NEMESIS

RyuKuni Game Chapter 2

Ryukuni Game Chapter 1